Pelajari Sejarah SMAN 4 Malang dalam Momen HUT ke-66

SMAN 4 MALANG – Ada yang spesial dari peringatan HUT ke-66 SMAN 4 Malang tahun ini. Pasalnya, salah seorang siswa membacakan kembali sejarah berdirinya sekolah yang berada di kawasan Alun-Alun Tugu itu sejak zaman kolonial Belanda. Sejarah yang dibacakan salah seorang petugas upacara itu merupakan tulisan dari pemenang sayembara esai sejarah SMAN 4 Malang.

Pembacaan sejarah itu dilakukan saat upacara peringatan HUT ke-66 SMAN 4 Malang di Lapangan Basket pada 6 Januari 2025 lalu. Singkatnya, sejarah itu menyebutkan bila SMAN 4 Malang mulai didirikan sejak tahun 1954. Namun, saat itu namanya masih belum seperti sekarang. Awalnya, SMAN 4 Malang dulu bernama SMA 4 AC.

Sekolah tersebut dulunya hanya bisa diakses anak-anak kolonial Belanda. Hanya sebagian kecil anak-anak pribumi yang bisa masuk ke dalam sana. Hanya anak pribumi yang punya kekuasaan yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Hingga akhirnya, nama SMAN 4 Malang baru muncul pada 1971. Saat itu SMAN 4 memiliki semboyan Studium Et Sapientia.

Semboyan itu berasal dari Bahasa Latin yang berarti kebijaksanaan dan pengetahuan akan menjadi stabilitas zamanmu. Semboyan itu kian menguat menjadi identitas SMAN 4 Malang. Bahkan, sekolah tersebut juga dikenal dengan akronim dari semboyan itu yakni Stetsa. Kejayaan SMAN 4 masih bertahan hingga sekarang sebagai salah satu sekolah unggulan di Kota Malang.

Kepala SMAN 4 Malang, Dr. Hari Wahjono, S.Pd., M.Pd., mengatakan pembacaan sejarah berdirinya sekolah menjadi langkah yang bagus. Ia menilai itu bisa menjadi bahan bakar motivasi siswa dan guru untuk terus berprestasi. Apalagi mengingat SMAN 4 Malang sudah melalui berbagai zaman dan perubahan kebijakan sejak kolonial Belanda.

“Pembacaan sejarah merupakan aktivitas yang baik untuk selalu mengingat sejarah sebagai pijakan yang kuat untuk terus bertumbuh dan berkembang,” ungkapnya. Dia berharap kegiatan serupa bisa terus diajarkan dalam kegiatan belajar dan mengajar sehari-hari. Tujuannya agar siswa lebih punya rasa memiliki terhadap sekolahnya.

Selanjutnya, para guru mempertunjukkan drama yang berjudul Salah Asuh. Diperankan oleh 13 guru dan 1 staff. Dengan 10 guru berperan sebagai siswa, 1 tetap sebagai guru, 2 sebagai orang tua, dan 1 sebagai polisi. Drama ini menuai banyak tawa dari para siswa. Lantaran setiap adegannya diselipkan adegan konyol.

Salah Asuh adalah drama berlatar sekolah menengah atas yang menyoroti bahaya kekuasaan tanpa diimbangi pengetahuan. Dalam drama ini, guru yang mendisiplinkan siswanya menjadi korban penangkapan tanpa bisa membela diri. Adegan memilukan tersebut merujuk pada kejadian nyata di lingkungan pendidikan, jasa dan kerja keras guru seringkali dikalahkan praktik suap.

MERIAH: Sejumlah aktor drama Salah Asuhan sukses menyedot animo siswa SMAN 4 Malang dalam rangka peringatan HUT ke-66 pada 6 Januari 2025 lalu. Foto by : ARHANI NAILA PUTRI/JURASSIC STETSA

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Kabar Sekolah Lainnya