Lomba Cipta dan Baca Puisi SOF Jadi Ajang Kritik Sosial

SMAN 4 MALANG – Belasan kritik sosial tumpah dalam lomba cipta dan baca puisi yang digelar SMAN 4 Malang dalam event Stetsa Olympiad Festival (SOF) pada 23 Februari 2025 lalu. Para peserta kompak mengekspresikan kekesalan mereka terhadap berbagai kebijakan kontroversial dan sejumlah fenomena yang belakangan terjadi di Indonesia.

Ketua Panitia SOF 2025 Aurellya Putri Ibrani mengatakan lomba cipta dan baca puisi diikuti 14 peserta dari pelajar SMP/MTs sederajat se-Malang Raya. Lomba di laksanakan di ruang Bahasa Indonesia satu. Pelaksanaan lomba dimulai dengan pembagian tema secara acak. Peserta diberi waktu selama 30 menit untuk membuat puisi sesuai jatah tema yang diterima.

“Ada tiga juri yang akan menilai seluruh proses lomba cipta dan baca puisi ini. Yakni Guru Seni Budaya Askha Bulkafi, Guru Bahasa Indonesia Dini Alfiyanti Wahyuni, dan Bahasa Jawa Setiani Supriyanti,” jelasnya. Aurellya menyampaikan ada beberapa kriteria penilaian. Mulai dari orisinalitas puisi, keindahan bahasa, ekspresi, serta penghayatan saat membacakannya.

Setelah selesai menuangkan imajinasi dan merangkai kalimat menjadi puisi, belasan peserta itu akan tampil secara acak. Peserta pertama diberi waktu lima menit untuk mempersiapkan diri. Kegiatan dengan tema chase the crown, be the one yang rutin digelar setiap tahun itu berhasil menciptakan atmosfer kompetitif begitu kental.

Salah satu peserta dari SMPN 19 Malang, Adinda Putri Aprillia Widyanti yang terpilih untuk tampil pertama. Dia membawakan puisi berjudul Fatamorgana dari Negeri Konoha. Puisi itu sarat kritik sosial untuk pemerintah. Peserta yang cukup emosional saat membacakan puisinya itu mengangkat sudut pandang sebagai rakyat tertindas di tengah pemerintahan yang korup.

“Menurut saya perilaku korup dan sewenang-wenang itu adalah tindakan yang menyerupai binatang,” ujarnya. Itulah yang mendorong Adinda menggunakan metafora anjing hitam untuk menggambarkan pejabat korup di negeri ini. Sayangnya, puisinya itu hanya mampu mengantarkannya di posisi juara ketiga. Kendati begitu, dia mengaku tetap merasa bangga.

Sebagai informasi banyak di antara peserta yang mengarahkan tema ke topik-topik politik dan pemerintahan. Sebagian peserta tampak asik menuliskan kritik sosial itu dalam bentuk karya seni. Peserta merasa dengan cara itulah mereka bisa berpartisipasi menyuarakan hal-hal yang tidak ideal. Terutama terkait kesenjangan kesejahteraan dan kasus korupsi di kalangan pejabat negara. (Dahayu/Andre)

OSIS STETSA FOR JURASSIC STETSA

BAHAGIA: Pemenang juara satu, dua, dan tiga dalam lomba cipta dan baca puisi melakukan sesi foto bersama dengan salah satu juri yakni Dini Alfiyanti Wahyuni (paling kanan). Dari kiri ke kanan berpose, Adinda Putri Aprillia Widyanti, Anindya Yufi Safia, dan Titania Raisa Zahirah.

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Kabar Sekolah Lainnya